Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil, dimana keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan dan tanggung jawab masing-masing. Ayah bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga (sektor publik), ibu mengurus rumah dan mengasuh anak (sektor domestik) dan anak-nak belajar serta membantu mengurus rumah.
Peran dari masing-masing anggota keluarga akan berjalan dengan baik apabila didukung denagn kesejahteraan keluarga itu sendiri. Akan tetati keadaan yang ada di masyarakat tidak semua keluarga telah mencapai taraf kesejahteraan banyak keluarga yang hidup dengan tingkat ekonomi yang kurang mencukupi. Hal tersebut yang mengakibatkan peran dari masing-masig anggota tidak berjalan dengan baik. Misalnya, seorang ibu tidak hanya berperan mengurus rumah dan mengasuh anak saja (sektor domestik), melainkan juga harus bekerja di sektor publik.
Dalam kasus keluarga miskin, seorang perempuan (istri) tidak dapat hanya mengandalkan pengahasilaan suami yang tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan keluarga, melainkan mereka juga harus ikut serta bekerja di sektor publik baik itu bekerja sebagai buruh pabrik, pedagang, pembantu rumah tangga, dan lain sebagainya, untuk mencari penghasilan tambahan agar kebutuhan keluarga yang dapat tercukupi dengan baik. Mereka boleh saja untuk tetap berdiam diri dirumah menggantungkan nasib keluarga pada suami akan tetapi mereka harus mau dan siap untuk selamanya hidup serba kekurangan karena tidak meiliki penghasilalan yang cukup untuk memenuhi kesejahteraan keluarga (kemiskinan).
Di atas telah dijelaskan tentang keluarga yang hidup dalam garis kemiskinan. Kasus lain yang bertolak dari keadaan diatas sebagai pembanding. Misalnya pada keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS). Keluarga pegawai dapat dikategorikan sebagai keluarga yang sejahtera karena dilihat dari segi penghasilan keluarga PNS lebih mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehingga tidak mengharuskan seorang istri ikut bekerja untuk mencari penghasilan tambahan. A kan tetapi pada faktanya banyak juga istri para pegawai ynag tetap bekerja hanya bedanya tidak bekerja sebagai buruh atau pembantu rumah tangga, melainkan sebagai pegawai kantor, pengajar, wirausaha, dan lain sebagainya, berbeda dengan keluarga miskin mereka bekerja bukan semata-mata untuk mencari nafkah tambahan karena tanpa mereka bekerjapun penghasilan suami sudah mam pu untuk mencukupi kebutuhan keluarga, mereka bekerja sebagai bentuk aktualisasi diri, dapat juga karena faktor kejenuhan berdiam diri dan hanya mengurus rum ah dan anak saja. Mereka memerlukan pengakuan dari publik.
Banyak pula di masyarakat kita, seorang perempuan yang sudah menikah tetapi lebih memilih untuk hanya menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga karena adanya larangan atau kesepakatan yang dibuat dengan suami untuk tidak bekerja di luar rumah, meskipun sebenarnya ermepuan memiliki keahalian tertentu dan pada saat belum menikah adalah seorang wanita karir. contoh kasus di kalangan selebritis Indonesia, banyak artis-astis perpeuan syang setelah menkah berhebti dari dunia infotainment dan mengabdikan dirinya pada keluarga eskipunsebenarnya artis-artis tersebut masih memiliki talenta di bidang infotainmen.
Masih banyaknya wanita yang erada di dunia domestik bukan hanya karena adnya kesepakatan-kesepkatan yang diuat dengan suami untk tdak bekerja di luar rumakh, melainkan adanya pealanggengan kebudayaan yang mengatur bahwa seorang wanita tidak perlu bersekolah tnggi karena pada akhirny asetelah menikah seorang istri hanya bekerja di dapur dan yang boleh untk bekerja di luar rumah adalah seorang suami. Jika seorang istri turut bekerja di luar rumah hal tersebut dianggap hal yang tabu, keadaan tersebut ada pada keluarga jawa dan keluarga pada masa-masa yang kurang modern. Hal tersebut yang menjadikan seorang istri tidak bisa keluar dari dunia domestik.
Dari berbagai macam contoh kasus yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang perempuan khusunya yang sudah menikah berhak menentukan pilihan hidupnya untuk masuk kedalam sektor publik (bekerja) atau hanya berada dalam sektor domestik. Pilihan tersebut tentu tidak lepas dari faktor keadaan sosial ekonomi dan budaya dari masing-masing individu. Dan setiap pilihan tersebut memiliki konsekuensi yang harus diterima oleh perempuan itu sendiri.
Akan tetapi jika seorang istri masuk kedalam sektor publik, hendaknya seorang istri tetap tidak boleh melupakan peran dan tanggug jawabnya di dalm keluarga untuk mengurus keluarganya, karena apabila seorang istri hanya mementingkan perannya di sektor publik dapat berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak dan keharmonisan keluarga. Jadi akan lebih baik jika seorang istri jalan tengah untuk bekerja dan sekaligus menerima peranan rangkap yakni sebagai ibu ru mah tangga dan mencoba kombinasi yang sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar