Kamis, 01 Desember 2011

Pengamatan Pada Masyarakat Tempat Tinggal

Ø Mengamati masyaraka tempat tinggal apakah ada  masyrakat yang tergolong santri, priayi, abangan dan kebudayaan indis,,,

Ø  Abangan, Santri, Priyai dan kebudayaan indis.

Menurut cllifford geerts memabagi masyarakat mojokutho menjdi tiga lapisan masyarakat yaitu masyrakat Santri, Priyai dan abangan. Maasayarakt santri yaitu mereka yang terdiri dari kelas pedagang dan banyak petani muncul dari utara Jawa dan mereka yang  kaum yang melaksanakan perintah agama, dalam hal ini Islam, dalam kehidupan sehari-harinya, seperti sholat 5 waktu, mengaji, sedekah, dan lainnya.
Sedangkan kaum abangan adalah mereka yang menganggap bahwa mereka pusat tradisi yang menjadi perlambang kesatuan mistis dan sosial di mana mereka berkumpul dalam satu meja menghadirkan semua yang hadir dan ruh yang gaib untuk untuk memenuhi setiap hajat orang atas suatu kejadian yan ingin diperingati, ditebus, atau dikuduskan. Misalnya kelahiran, kematian, pindah rumah, mimpi buruk, ganti nama, sakit, dll. Struktur upacaranya terdiri dari hidangan khas, dupa, pembacaan doa Islam, dan pidato tuan rumah yang disampaikan dalam bahasa Jawa tinggi yang resmi.
Golongan Priayi adalPriyayi mewakili aristokrasi Jawa. Kebanyakan mereka berdiam di kota yang disebabkan ketidakstabilan politik dalam kerajaan masa pra-kolonial, karena filsafat mereka yang melihat ke dalam yang lebih menghargai prestasi mistik daripada keterampilan politik, upaya Belanda merangkul petani. Mereka adalah birokrat, klerk/juru tulis, guru bangsawan yang makan gaji. Priyayi asalnya adalah keturunan raja-raja besar Jawa yang tersisa merupakan hasil dari kehidupan kota selama hampir 16 abad., namun berkembang oleh campur tangan Belanda kepada kelompok instrumen administrasi pemerintahan.
Priyayi memandang dunia ini dengan konsep alus dan kasar. Alus menunjuk pada murni, berbudi halus, tingkah laku yang halus, sopan, indah, lembut, beradab dan ramah. Simbolnya adalah tradisi kromo-inggil, kain bagus yang alus, musik alus. Dan konsep alus ini bisa menunjuk apa saja yang semakna dengan alus. Lawan dari alus adalah kasar dan merupakan kebalikan dari alus, bahasa kasar, tingkah laku kasar. Konteks priyayi bertemu dengan abangan dalam hal alus dan kasar. Sementara titik kehidupan “keagamaan” priyayi berpusat etiket, seni dan mistik. Yang menggabungkan unsur ketiganya adalah rasa.
Kebudayaan indis adalah percampuran dua budaya antara kebudayaan jawa dan kebudayaan belanda. Percampuran tersebut meliputi berbagai unsur kebudayaan.


Ø  Hasil pengamatan di daerah asal tentang masyarakat golongna Santri, , abangan, priyai dan kebudayaan indis.

Temapat tinggal saya berada di desa dawuhan, kecamatan paguyangan kabupaten Brebes. Desa saya tergolong desa yang kecil (sempit) hanya terdiri dari bebarapa rumah saja, tidak sampai seatus rumah.Masyarakat desa termasuk masyrakat yang kompleks karena terdiri dari beberapa lapisan sosial.Lapisan sosial yang terbentuk berdasarkan teori geerts adalah ada sekelompok masyrakat yang merupakan golongan santri dan priyai.
Masyarakat di tempat tinggal saya didominasi oleh kelompok petani kecil dan cenderung subsisten yang bekerja untuk orang lain, maksutnya petani yang tidak memiliki lahan sendiri, mereka mendapatkan upah dari hasil panen mereka dengan sisitem paron, ada bereberapa bagian yang menjadi pedagang baik dirumah maupun di pasar, mereka masuk dalam golongan santri. Sebagian dari mereka juga ada yang rajin beribadah dan sebagiannya lagi tidak teruma para pedagang yang pergi pada pagi-pagi sekali dan pulang pada sore hari.
Golongan lian yang ada dalam masyarakat desa saya dalah golongan priyai, dalam teorinya geerts disebutkan bahwa golongan priyai adalah keturunan raja- raja jawa, akan tetaepi disini seseorang dianggap sebagai golongan priyai adah orang-orang yang masuk dalam tingka ekonomi yang tinggi paar orag kaya, misalnya di desa saya seseorang yang menjadi kepala sekolah di SMP yang berstatus RSBI, kemudian kyai dan keluarga besar pemilik pondok pesanteren di desa saya.
Sedangkan untuk kebudayaan indis dan abangan secara khusus tidak terbentuk alam masyrakat di tempat tinggal saya.
Dikatakan dalam teori geerts bahwa kwbudayaan indis adalah percampuran kebudayaan antara budaya jawa dan budaya belanda, akan tetapi di desa saya sebagian besar masyarakatnya memang terpengaruh oleh kebudayaan eropa, misalnya teknologi, mereka mengikuti perkembnagna teknologi, cara berbusana dan cara mereka menghabiskan waktu khususnya para kaum muda dan kaum pelajar.
Kebudayaaan eropa memang masuk dan berkembang di dalam masyarakat desasaya, akan tetapi tidak ada percampuran secara khusus yang saya temukan dari hasil pengamatan ini. Meskipun orang kaya, bentuk rumah dan perabotan rumah yang dimiliki biasa-biasa saja tidak mencerminkan ciri khas kebudayaan belanda.
Uttuk golongan abangan, tidak ada secara khusus di desa kami, karena tiadak terdapat orang yang memiliki kesaktian khusus misalanya dapat menciptakan hujan, dan lain sebagainya.
Geerts mengemukakan bahwa upacara slametan adalah pusat tradisi bagi mereka, tetapi fakta yang ada di desa saya bahwa bukan hanya kaum abangan saja yang mengadakan upacara slametan, melinkan orang- orang dari golongan santri dan priyai, mereka sering juga mengadakan upacara slametan, misalnua di esa saya yang sering iadakan adalah upacara 7 bulanan, walimatul ursy yakni upacara slametan ketika ada orang yang menikah, pemberian nama atau ganti nama seseorang, pindah rumah dan lain sebagainya.

2 komentar:

  1. masih terlihat jelas degan tugas kuliah anda semasa di perkuliahan

    BalasHapus
  2. artikel yang sangat menarik, sebaiknya pada paragraf keempat kalimat terakhir perlu di edit kembali,agar menjadi lebih menarik..terima kasih.

    BalasHapus