Kamis, 01 Desember 2011

PENGARUH PERANAN ISTRI YANG BEKERJA SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH TERHADAP POLA PENGASUHAN ANAK DI DESA PANDANSARI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES

A.     PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan suatu unit sosial atau kelompok-kelompok sosial terkecil dalam suatu organisasi sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan utama di dalam kehidupan manusia. Keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diawali dengan pernikahan. Ikatan keluarga biasanya didahului dengan adanya perkawinan. Meskipun seorang laki-laki dan perempuan sudah tinggal bersama di dalam satu rumah, namun jika belum didahului perkawinan maka belum dapat dikatakan sebagai keluarga.
Keluarga adalah unit atau satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus hubungannya dengan individu sering dikenal dengan sebutan primary group (kelompok primer). Menurut Cooley (dalam Soekanto, 2002:125), kelompok primer adalah kelompok-kelomok yang ditandai dengan ciri-ciri kenal mengenal. Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan individu sebelum maupun sesudah terjun langsung secara individu ke dalam masyarakat. Oleh karena itu keluarga mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting dalam diri individu yang meliputi: pemberian afeksi, dukungan dan hubungan untuk berproduksi, dan membesarkan keturunannya (anak), meneruskan dan melestarikan nilai-nilai dan norma-norma budaya yang ada dalam masyarakat.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan utama, tempat anak berinteraksi secara sosial. Pengaruh keluarga terhadap pembentukan dan perkembangan tingkah laku anak sangatlah besar, karena dalam keluarga anak pertama kali mendapat pengalaman untuk mengembangkan diri dan sifat-sifat sosialnya. Di samping itu keluarga juga merupakan tempat pendidikan yang utama dalam setiap kehidupan manusia (anak). Sangat penting dalam perkembangan anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana anak berada. Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada manusia dalam keadaan fisik dan psikologis sangat tergantung pada lingkungan sekitar, terutama orangtua. Setelah anak dilahirkan pada perkembangan selanjutnya mengasuh anak menjadi tugas dan tanggung jawab orangtua.

Orangtua sebagai pengasuh dan pembimbing anak di dalam keluarga sangat berperan dalam membentuk dan mengembangkan tingkah laku anak terutama pada masa-masa awal sampai masa remaja. Karena orangtua yang pertama kali memperkenakan nilai dan norma kepada anak. Penggunaan pola asuh yang tepat akan mendukung perkembangan tingkah laku anak.
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 pencari nafkah dan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga menjadi tanggung jawab suami, namun dalam masyarakat (adat) yang mempunyai hubungan kekerabatan yang berbeda-beda, seperti parental (Jawa), matrilineal (Mingkabau), dan patrilineal (Bali, Batak) tidak selamanya tanggug jawab di atas ada pada suami saja, seperti kedudukan wanita di masyarakat Jawa. Hasil penelitian Hildred Geertz dikatakan bahwa kedudukan wanita dalam masyarakat Jawa pada umumnya sangat kuat. Sebagaian pekerjaan termasuk berbagai corak pekerjaan  misalnya: buruh pabrik rokok, petani, pedagang kecil, pembantu rumah tangga, dan jual beli borongan, semua terbuka bagi wanita. Dengan demikian wanita tidak kesulitan untuk membiayai dirinya dan keluarga (Geertz, 1982:49).
Peran wanita sebagai ibu rumah tangga, sangat penting artinya dalam pembentukan keluarga sejahtera sebagai unit terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan yang sehat dan sejahtera harus dapat dimanifestasikan dalam bentuk kehidupan sehari-hari. Unsur yang sangat berperan untuk memanifestasikan idealisme keluarga sejahtera adalah terciptanya keadaan keluarga sehat dan adanya stabilitas perekonomian keluarga.
Di pedesaan menurut nilai adat dan sebagaian besar orang mengatakan bahwa yang mengasuh anak adalah tugas seorang Ibu. Misalnya wanita harus pandai memasak, macak dan manak serta pandai dalam pekerjaan rumah tangga (Abdullah, 203:162), tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa yang mengasuh anak hanya tugas seorang Ibu saja, tetapi seorang ayah juga ikut berperan dalam mengasuh anak. Kedudukan seorang ayah tidak secara langsung berperan dari pada seorang Ibu.
Keadaan sosial ekonomi keluarga-keluarga di Desa Pandansari yang dapat dikatakan kurang memenuhi tingkat kesejahteraan keluarga, karena sebagian besar kepala rumah tangga di Desa Pandansari hanya bekerja sebagai petani dan berkebun menjadi faktor pendorong seorang istri juga ikut berperan dalam pemenuhan kebutuhan dengan menjadi buruh pemetik teh dengan harapan dapat membantu mencukupi kebutuhan keluarga.
Peneliti bermaksud untuk mengungkapkan secara mendalam tentang pengaruh peran seorang istri yang tidak hanya bekerja di sektor domestik seperti: membersihkan rumah, memasak, mengasuh anak saja, melainkan peneliti ingin menguraikan peran istri yang bekerja di sektor publik atau di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam keluarga, pekerjaan publik tersebut diantaranya: petani, wiraswasta, buruh pabrik, pembantu rumah tangga, dan lain sebagainnya. Peran istri yang bekerja di sektor publik tentu akan membawa pengaruh pada pola pengasuhan anak di dalam keluarga.
Dari uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Peranan Istri yang Bekerja Sebagai Buruh Pemetik Teh Terhadap Pola Penagsuhan Anak” di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes. 

2.      B. Rumusan Masalah
1.   Mengapa seorang istri memilih untuk bekerja sebagai buruh pemetik teh?
2.   Adakah pengaruh yang signifikan antara peran istri yang bekerja sebagai buruh pemetik teh dan pola pengasuhan anak ?

3.      Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui alasan atau faktor pendorong seorang istri memilih untuk bekerja sebagai buruh pemetik teh.
2.      Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara peranan istri yang bekerja sebagai buruh pemetik teh terhadap pola pengasuhan anak.

4.      C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini, baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut.
1.      Secara teoritis yaitu menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya kajian Sosiologi dan Antropologi pemerintahan. Mengetahui fenomena sosial, budaya dan  ekonomi yang terjadi dalam masyarakat khususnya di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes.
2.      Secara praktis yaitu diharapakan pemerintah desa agar lebih memperhatikan alam dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya pengasuhan anak untuk menuju keluarga sejahtera.

5.      Penegasan Istilah
Maksud  dari penegasan istilah adalah untuk menghindari kemungkinan salah pengertian atau kekeliruan dalam menafsirkan judul skripsi. Dengan skripsi ini istilah-isitlah yang perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut :


1.    Pola pengasuhan anak
Pola asuh adalah suatu model atau cara pengasuhan anak yang merupakan kegiatan dalam usaha memelihara, membimbing dan melindungi anak untuk kelengsungan hidup, perkembangan dan pertumbuhan yang serasi, selaras, dan seimbang baik fisik atau mentalnya (Tim Penggerak PKK Pusat, 1995).
2.    Keluarga
Menurut Munandar (1985:39) adalah sebagai keluarga inti yang merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan dan terdiri dari seorang suami (bapak), istri (ibu) dan anak-anak mereka.
3.    Buruh wanita
Buruh merupakan orang yang menjual tenaganya demi kelangsungan hidupnya dan tidak memiliki sarana atau faktor produksi selain tenaganya sendiri serta bekerja untuk menerima upah. Buruh adalah sumber daya manusia yang diperlukan dalam produksi selain pengusaha dan pemilik modal (Ensiklopedia Nasional Indonesia)
Buruh perempuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang yang bekerja sebagai pemetik teh di perkebunan teh yang ada di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes.



D.    Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
1.      Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh Ristiana, Eva (2006) yang berjudul”Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Buruh Wanita Di Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”, menjelaskan tentang bagaimana orangtua keluarga buruh wanita di Desa Klaling, Kabupaten Kudus dalam mengasuh anak. Umumnya dalam mengasuh anak mereka cenderung otoriter. Hal ini dimaksudkan agar anak takut pada salah satu orangtua, sehingga anak lebih patuh dan gampang diatur. Meski harus menggunakan ancaman-ancaman yang dapat membuat anak takut kepada orangtua. Seiring perkembangan jaman peran dari perempuan buruh sudah banyak mengalami pergeseran seperti yang semula hanya menjadi ibu rumah tangga  sekarang perannya justru semakin bertambah berat yaitu sebagai pencari nafkah tambahan, pendamping suami, sebagai pendidikan dan penerus keturunan, dan sebagai Ibu rumah tangga. Selain itu mereka tidak boleh melupakan kodratnya yaitu sebagai Ibu. Hal ini dikarenakan Ayah yang sibuk bekerja sehingga semua urusan tentang anak dilimpahkan kepada Ibu, meski Ibu sendiri cukup kerepotan dalam mengasuh dan mendidik anak.
Penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Putri, Indriana Kurnia (2010) yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Nelayan Pandhiga”, di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Dalam isinya penelitian tersebut lebih menekankan pada pembagian peran antara Ayah dan Ibu dalam keluarga nelayan Pandhiga berdasarkan jenis kelamin, di mana Ayah lebih banyak bekerja pada sektor publik atau di luar rumah dan setelah pulang melaut baru Ayah ikut serta membantu istri mengurus rumah dan anak, sedangkan Ibu lebih bekerja pada sektor domestik atau di dalam rumah mengawasi dan mengasuh anak, sedangkan anak yang cukup besar (11-18 tahun) mendapatkan pengawasan yang cukup longgar dari orangtua. Hal ini dikarenakan anak sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan untuk diri mereka. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan Ibu bekerja di luar rumah membantu suami bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kendala yang dihadapi keluarga nelayan Pandhiga dalam mengasuh anak diantaranya adalah kurangnya waktu yang tersedia untuk mengasuh anak dikarenakan kesibukan yang dialami oleh orangtua, dan jika ayah ingin berkomunikasi degan istri harus melalui anak untuk berpesan agar disampaikan pada istri, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu antara ayah dan ibu, sehingga mereka jarang bertemu dan berkomunikasi secara langsung.
Terdapat kesamaan antara bahasan penelitian Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Nelayan Pandhiga” dengan bahasan penelitian “Pengaruh Peranan Istri yang Bekerja Sebagai Buruh Pemetik Teh Terhadap Pola Pengasuhan Anak”,  yaitu diuraikannya tentang pola-pola pengasuhan anak di dalam keluarga. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian. Kesamaan studi ini dengan bahasan penelitan Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Nelayan Pandhigayaitu pada objek penelitian. Perbedaannya pada kajian penelitiannya. Jadi penelitian tentang “Pengaruh Peranan Istri yang Bekerja Sebagai Buruh Pemetik Teh Terhadap Pola Pengasuhan Anak belum pernah diteliti sebelumnya. Jadi peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini.
a.    Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, di mana seorang individu belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1972:45). Menurut Khoirudin, keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, dan hubungan antara orangtua dan anak biasanya adalah darah atau adopsi (Khoirudin, 2002:6).
Lingkugan sosial pertama yang dikenal anak sejak lahir adalah keluarganya. Ibu, ayah dan anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang secara langsung berhubungan dengan individu. Sosialisasi yang dialami individu secara intensif berlangsung dalam keluarga. Pengenalan nilai, norma dan kebiasaan untuk pertama kali diterima dari keluarga. Pengaruh sosialisasi dan enkulturasi yang berasal dari keluarga sangat besar bagi pembentukan dan perkembangan kepribadian individu. Kebiasaan-kebiasaan baik yang positif maupun yang negatif yang berlangsung lama dan terbuka dalam lingkungan keluarga dapat tertanam secara kuat pada kepribadian seseorang. Kebiasaan tidur cepat atau terlambat, kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan menyisir rambut dan berpakaian rapi atau tidak, yang dapat terbawa dalam kepribadian seseorang dan berlangsung dalam keluarga. Pada masa lampau, pelajaran agamapun dilakukan dalam lingkungan keluarga.
Fungsi keluarga sebagai sarana pewarisan budaya dapat berkurang apabila hubungan orangtua dengan anak tidak lagi mendalam karena berbagai tuntutan dan kebutuhan hidup. Peranan keluarga dalam pembinaan kepribadian anak menjadi sangat mundur. Tugas keluarga memberikan dasar pendidikan dan kebiasaan menjadi sangat dangkal. Akibatnya, perkembangan kepribadian anak terpengaruh oleh hal-hal yang berasal dari luar keluarga dan biasanya cenderung ke hal-hal negatif.
Menurut Khoirudin, keluarga memiliki tiga fungsi pokok, yaitu:
1)      Fungsi biologis
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak, fungsi biologis orangtua adalah melahirkan anak. fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup manusia.
2)       Fungsi afeksi
Hubungan yang bersifat sosial penuh dengan rasa cinta kasih dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, persamaan pandangan tentang nilai-nilai dan kebiasaan. Dasar cinta kasih ini merupakan faktor penting bagi pertumbuhan kepribadian anak.
3)       Fungsi sosialisasi
Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, nilai-nilai dan norma dalam masyarakat dalam rangka pembentukan kepribadiannya. Ayah dan ibu sebagai orangtua dan sebagai bagian dari anggota keluarga, memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Membantu anak dalam menemukan konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.

b.   Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Sosialisasi merupakan proses menyelesaikan individu-individu baru anggota masyarakat ke dalam pandangan hidup yang telah terorganisasi dan menjadikan mereka tentang tradisi-tradisi budaya masyarakat. Sosialisaai adalah tindakan untuk mengubah manusia dari human-animal menjadi  human–being sehingga dapat berfungsi sebagai makhluk sosial dan sebagai anggota masyarakat. Menurut Vander zanden, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui di mana kita mengenal cara-cara berfikir, berperan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat (Khoirudin, 1987:30).
John Locke (dalam Soeparwoto, 2006:12) mengatakan bahwa anak-anak pada waktu lahir tidak membawa sifat-siat bawaan. Anak yang baru lahir digambarkan seperti kertas kosong yang belum ada tulisannya sama sekali. Teori yang dikemukakan oleh  Jhon Locke ini biasa disebut teori tabularasa. Tabularasa  dari bahasa latin yang berarti kertas kosong. Secara epistimologis bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan. Dengan kata “kosong” yang artinya seluruh pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar dirinya sehingga baik dan buruknya kepribadian diri seorang anak sangat bergantung pada orangtua dan lingkungannya. Hal ini karena pembentukan proses dasar terletak pada keluarga.
1). Tahap-tahap sosialisasi
Sosialisasi yang dialami individu sepanjang hidupnya. Menurut Berger dan Lucman (dalam Ikhromi, 1999:32) dibedakan menjadi dua tahap yaitu:
a). Sosialisasi primer,  sebagai sosialisasi yang pertama dijalani oleh seorang anak semasa kecil untuk menjadi anggota masyarakat. Dalam tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum dan keluarganya yang berperan sebagai agen sosialisasi.
b). Sosialisasi sekunder, sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru. Dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme dan yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, dan lingkungan keluarga.
2). Agen sosialisasi
a). Keluarga
                        Keluarga merupakan pusat dalam pembentukan dan perkembangan tingkah laku, sosialisasi dan pengasuhan anak.
b). Teman Sebaya
                        Teman sebaya merupakan agen sosialisasi yang membawa atau mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan individu. Dalam tahun-tahun awal anak akan mulai belajar bercakap-cakap yang mendasar dalam masyarakat. Agen sosialisasi ini ada karena anggotanya merasa senang jika berinteraksi dengan teman sebayanya yang biasa disebut “genk” atau kelompok. Kelompok ini mempunyai pandangan yang sesuai dengan kelompoknya.
c). Sekolah
        Sekolah sebagai organisasi yang didirikan atas kebijaksanaan dan pemikiran yang luas. Bagi masyarakat hal ini direncanakan untuk membentuk individu-individu dengan sesuatu yang ada di masyarakat, yang meliputi pengetahuan, keahlian, nilai, sikap dan pandangan hidup.
d). Media Massa
        Media massa memberikan suatu batasan atau perangkat norma dalam masyarakat. Anak akan menerima batasan norma dalam masyarakat tersebut untuk membatasi tingkah lakunya. Keadaan ini telah terinternalisasikan oleh kekuatan media, sehingga akan mempengaruhi tingkah lakunya.

c.    Peranan buruh wanita dalam keluarga
Buruh wanita mempunyai peranan penting di keluarga, yakni sebagai pribadi seorang istri dan ibu rumah tangga serta membantu mencari nafkah bagi keluarganya. Di mana seorang buruh wanita sejak dulu sudah mendapatkan tempat yang baik. Dengan berkembangnya jaman yang semakin maju mengakibatkan berubahnya aturan dan nilai yang ada di masyarakat. Peranan buruh wanita berubah dengan sendirinya, yang semula hanya berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga sekarang perannya menjadi bertambah.
Menurut Sajogyo (1980:22) bahwa konsep peranan akan memperjelas hubungan yang terjalin antara pria dan wanita, baik dalam keluarga, rumah tangga, maupun dalam masyarakat yang lebih luas. Dewasa ini pada masyarakat kita terdapat empat golongan wanita, yaiu:
1.    Wanita yang bekerja dan tidak mau membantu rumah tangga atau belum menikah.
2.    Wanita yang memberikan pengabdiannya 100%.
3.    Wanita yang memberikan prioritas kepada pekerjaan di atas keluarga.
4.    Wanita yang memiliki jalan tengah untuk bekerja dan sekaligus menerima peranan rangkap yakni sebagai ibu rumah tangga dan mencoba kombinasi yang sebaik-baiknya.
Kaum wanita harus mengadakan pilihan yang mantap dan dapat untuk kebahagian sendiri. Kaum wanita harus mengetahui kemampuannya. Kenyataannya makin lama makin menunjukan bahwa makin banyak tugas rangkap yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai wanita pekerja (Boserup, 1984:65).
Di antara golongan wanita tersebut, ternyata pada saat ini sebagian besar wanita memilih golongan yang ke empat, yaitu sebagi ibu rumah tangga sekaligus juga sebagai pencari nafkah tambahan. Di dalam keterlibatannya untuk turut serta mencari nafkah bagi keluarganya wanita tidak terlepas dari kegiatannya untuk melakukan kegiatan rumah tangga.
d.   Pola Pengasuhan Anak
Pola asuh anak dapat juga diartikan sebagai suatu upaya untuk memberikan didikan dan bimbingan pada anak didik untuk meningkatkan unsur-unsur kebaikan dalam dirinya. Baik aspek jasmani maupun rohani yang telah ada pada dirinya. Untuk lebih dikembangkan lagi menuju suatu tujuan yang baik pula. Macam-macam pola pengasuhan anak dalam keluarga menurut Stewart dan Koch (dalam Dagun, 2002:94) terbagi menjadi tiga, yaitu pola otoriter, pola demokratis dan permisif.
1)      Pola asuh otoriter
Menurut Stewart dan Koh, orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri sebagai berikut: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang, serta kurang simpatik. Orangtua memaksa anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya, serta cenderung mengekang keinginan anak. Orangtua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi, tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Hurlok (1976:25) mengatakan, bahwa melatih anak secara otoriter berkaitan dengan latihan yang dirancang untuk membentuk perilaku anak yang sesuai standar yang ditetapkan mereka yang berkuasa. Hal ini dilakukan dengan ancaman atau hukuman.
Menurut Martaniah (1964:16), orangtua yang otoriter amat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-perintahnya. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat.
2)      Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis menurut Hurlock (1976:25), menekankan aspek pendidikan dalam melatih anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan standar yang diberikan melalui penerangan tentang mengapa konformitas itu diperlukan. Metode demokratis membiarkan anak mengungkapkan pendapat mereka tentang peraturan itu dan mengubah peraturan bila alasannya benar. Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif daripada aspek hukumannya. Bila anak masih kecil mereka diberi penjelasan mengenai peraturan yang harus dipatuhi dalam kata-kata yang dapat dimengerti.
Stewart dan Koch menyatakan, bahwa orangtua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orangtua dan anak. Secara bertahap orangtua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka  menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak untuk saling membantu, dan bertindak secara objektif, tegas, tetapi hangat dan penuh perhatian.
Hurlock mengatakan bahwa pola asuh demokratis ditandai dengan ciri-ciri bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya, anak diakui keberadaannya oleh orangtua, anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
3)      Pola asuh permisif
Stewart dan Koch menyatakan bahwa orangtua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak tidak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti oarang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orangtua tidak banyak mengatur anaknya.
Sedangkan menurut Hurlock (1976:26), disiplin permisif sebetulnya sedikit disiplin atau tidak berdisiplin. Biasanya disiplin permisif tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Disiplin permisif sebetulnya bukan latihan, karena ia membiarkan anak untuk bertindak semau mereka sendiri dan belajar perilaku yang benar dari akibat perilaku tersebut.
Sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan berbagai anggota keluarga. Hubungan ini sebaliknya dipengaruhi oleh kehidupan keluarga dan juga sikap perilaku berbagai anggota keluarga terhadap anak. Tempat anak dibesarkan mempengaruhi perkembangan anak dengan menentukan jenis hubungan antara anak dengan berbagai anggota keluarga. Dalam keluarga tanpa ayah, hubungan anak laki-laki dengan ibunya akan berbeda. Bila ibu bekerja di luar rumah dan anak-anak diasuh oleh sanak saudara atau orang lain, hubungan anak dengan ibunya akan sangat berbeda dari hubungan anak-ibu dalam keluarga dengan ibu yang mencurahkan seluruh waku dan perhatiannya pada rumah tangga.
Pada dasarnya hubungan orangtua-anak bergantung pada orangtua. Sikap orangtua menentukan hubungan keluarga. Sekali hubungan ini terbentuk, mereka lebih cenderung bertahan dan mempengaruhi hubungan oarangtua-anak sampai pada masa dewasanya.

2.      E. Landasan Teori
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jaringan antara unsur-unsur sosial yang pokok. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Misalkan timbal balik antara hubungan ekonomi dengan kehidupan politik.
Dalam mempelajari dan mengembangkan keilmuan terutama ilmu sosial, digunakan berbagai teori yang nantinya akan digunakan untuk menerangkan segala fenomena yang ada di sekeliling kita. Menurut Kerlinger (dalam Singarimbun,1987:30) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial agar dapat dipahami dan dapat diterangkan pada fenomena sosial yang muncul pada perspektif Sosiologi.
Teori yang akan digunakan sebagai dasar analisis dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional yang dikemukakan oleh Robert K. Merton. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian, karena selalu ada konsekuensi positif. Merton juga menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial tidak hanya positif melainkan juga negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi. Ketika struktur dan fungsi dapat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat mengandung konsekuensi negatif pada bagian lain (Ritzer, 1992:25).
Dalam penjelasan lebih lanjut, Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten. Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, sedangkan fungsi laten adalah yang tidak dikehendaki. Maka dalam struktur yang ada hal-hal yang tidak relevan disfungsi laten dipengaruhi  secara fungsional dan disfungsional (Ritzer, 1992:27).
Seorang ibu yang juga bekerja disektor publik yaitu sebagai buruh pemetik teh di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes juga tidak boleh melupakan perannya sebagai seorang ibu yang berkewajiban mengasuh anak. Peran kedua orangtua dalam mengasuh anak diharapkan dapat menghasilkan perilaku yang baik dan mandiri serta bertanggungjawab. Dalam pola pengasuhan anak terkandung bagimana orangtua mengasuh dan mengarahkan anak yang meliputi penanaman nilai dan norma, baik yang berlaku dalam keluarga maupun lingkungan sekitar di mana mereka tinggal. Selain itu juga teori struktural fungsional berkaitan dengan teori peran di dalam Sosiologi. Menurut Biddle dan Thomas, peran (role) adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya di dalam suatu sistem. Pada dasarnya istri bekerja bukan untuk kepentingannya sendiri tetapi untuk mencapai kebutuhan keluarga secara keseluruhan. Beban ganda (double burden) yaitu pembagian tugas dan tanggung jawab yang terlalu memberatkan perempuan. Beban kerja menjadi dua kali lipat terlebih bagi perempuan yang bekerja di luar rumah karena selain bekerja mereka harus bertanggung jawab untuk keseluruhan rumah tangga (Astuti, 2008:81)
Kaum perempuan di Desa Pandansari tidak sekedar membantu suami mencari nafkah, akan tetapi peran mereka sangat menentukan kelangsungan hidup keluarga. Pada umumnya motivasi perempuan untuk bekerja diranah publik didasari oleh kepentingan ekonomi rumah tangga mendapatkan kemandirian, belajar menghadapi tantangan sosial-ekonomi dan untuk meningkatkan status sosial (Kusnadi, 2006:7).

3.       Kerangka Berfikir
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama seorang anak belajar hidup sosial. Sebab anak mulai bergaul untuk pertama kalinya dalam lingkungan keluarga sendiri dan anak mengenal lingkungan sekitar. Dimulai dari lingkungan keluarga sendiri, keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyertakan dirinya sebagai makhluk sosial di dalam kelompoknya. Selain itu keluarga adalah suatu kesatuan yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diawali dengan adanya suatu perkawinan.
Pola pengasuhan anak :
1.         Otoriter
2.         Demokratis
3.         Permisif
Peran Publik (Buruh)
Pola perilaku anak
Ibu
Peran Domestik (Ibu rumah tangga)
Ayah
Keluarga
Peran istri yang bekerja sebagi buruh pemetik teh akan berpengaruh pada pola pengasuhan anak di dalam keluarga. Dalam pola pengasuhan anak terdapat beberapa macam pola asuh anak, diantaranya pola asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh demokratis. Ketiga macam pola asuh tersebut memiliki cara pandang tersendiri dalam pembentukan karakter anak dengan metode yang berbeda pula. Masing-masing pola asuh tersebut juga akan membentuk prototype anak, yakni tipe anak yang mandiri, tidak mandiri dan disiplin.
Keluarga
Ibu
Ayah
Peran Domestik (Ibu rumah tangga)
Keluarga
Keluarga
Ibu
Ayah
Keluarga
Ayah
Keluarga
Keluarga
Ayah
Keluarga
Peran Domestik (Ibu rumah tangga)
Ayah
Keluarga
Dengan demikian akan menghasilkan tingkah laku terpola pada anak sehingga diharapakan anak mempunyai kepribadian yang baik dan bisa mewarisi nilai-nilai sosial dan budaya dari keluarganya dan masyarakat sekitar untuk dapat mancapai kemandirian.

4.      F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Azwar, 2007:49). Adapun dalam penelitian ini perumusan  hipotesis yang digunakan adalah; “ Adanya pengaruh peranan istri yang bekerja sebagai buruh pemetik teh terhadap pola pengasuhan anak”.

G.  METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penelitian harus berdasarkan pada metode yang dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya meliputi :

1.    Jenis dan Disain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuntitatif merupakan jenis penelitian yang memaksimalisasi subjektifitas desain penelitian dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol (Sukmadinata, 2006:53).
Karakteristik penelitian kuantitatif adalah pengalaman bersifat obyektif dan dapat diukur, realitas hanya satu yang mempunyai hukum-hukum dan ciri-ciri tertentu yang diselidiki. Dalam penelitian kuantitatif banyak berorientasi pada angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasil suatu penelitian.
Metode yang akan digunakan adalah metode survai. Metode survai yaitu penelitian yng mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1995:3). Pada umumnya survai merupakan cara mengumpulkan data dari jumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan dan jumlahnya cukup besar (Arikunto, 2002:88). Analisa data penelitian dilakukan melalui deskripsi presentase untuk mengetahui pengaruh peranan istri yang bekerja sebagai buruh pemetik teh terhadap pola pengasuhan anak. Desain penelitiannya adalah sebagai beikut.
Penelitian ini diawai dengan menentukan populasi dan memilih sampel dari populasi yang ada. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random samping yaitu anggota sampel dipilih secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009:120).

2.    Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel
a.         Populasi
            Subyek Menurut Sugiyono (2009:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
            Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh istri yang bekerja sebagai buruh pemetik teh di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan  Kabupaten Brebes yang telah memiliki anak.
b.         Sampel dan teknik pengambilan sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:109) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam Pengambilan sampel apabila dalam subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika populasinya lebih dari 100 maka dapat diambil 10% - 15%, atau 20% - 25% atau lebih.
Dalam penelitian ini diketahui jumlah seluruh istri yang bekerja sebagai buruh pemetik teh serta yang telah memilki anakm sebanak 150 orang. Dalam pengambilan sampel diambil sebanyak 20% dari populasi, alasannya karena kemampuan peneliti dilihat dari segi, waktu, tenaga, biaya, serta besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti (Arikunto S, 2002:112).
Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini peneliti menggunakan teknik simple random sampling. Teknik sampling ini diberi nama demikian karena dalam pengambilan sampelnya peneliti mengambil anggota polulasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Dengan demikian, maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Oleh karena itu hak setiap subyek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel. Terpilihnya subyek untuk dijadikan sampel itu harus benar-benar berdasarkan faktor kebetulan (chance) (Singarimbun, 1989:156).
Ada dua metode pengambilan sampel secara acak sederhana, yaitu:
a.     Dengan mengundi unsur-unsur penelitian atau satuan-satuan unit penelitian dalam populasi.
b.    Dengan mengundi tabel angka acak (random)
Dalam penelitian ini, karena jumlah istri yang bekerja sebagi buruh pemetik teh dan yang sudah memiliki anak berjumlah 150 0rang. Penulis dalam hal ini mengambil sampel 20 dari keseluruhan populasi sehingga dapat diambil sampel sebanyak 30 orang.

3.    Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi (Suharsimi Arikunto, 2002:97). Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah variabel tingkat kedisiplinan siswa (X), dan prestasi belajar Sosiologi (Y). Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
a.    Variabel Bebas atau Independent Variabel (X)
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi terhadap suatu gejala, yang disebut dengan variabel X (Arikunto S, 2002:97). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah peranan istri yang bekerja sebagai buruh pemetik teh.


b.    Variabel terikat atau Dependent variabel (Y)
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, yang disebut dengan variabel Y (Arikunto S, 2002:97). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pola pengasuhan anak dalam keluarga.

4.    Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.    Metode Kuesioner atau angket
Metode kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2002:200). Metode angket ini untuk mengungkap data dari variabel pola pengasuhan dalam keluarga. Angket ini ditujukan kepada istri-istri yang bekerja sebagai buruh pemetik teh yang sudah memiliki anak.
b.    Metode wawancara
Wawancara adalah cara yang digunakan peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden. Metode ini digunakan peneliti pada saat melakukan studi pendahuluan untuk menetukan jumlah respondennya besar atau kecil. Selain itu, metode ini digunakan untuk membantu menjelaskan kepada responden apabila responden kurang jelas.



5.    Validitas dan Reliabilitas
a.    Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002:144). Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti.
Untuk menguji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi (Arikunto, 2002:146). Dalam hal ini untuk menguji kevaliditasan instrumen dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1).   Menyampaikan uji coba beberapa responden.
2). Mengelompokan item-item dari jawaban ke dalam butir dan jumlah   skor total yang diperoleh dari masing-masing responden.
3). Dari skor yang diperoleh kemudian dibuat tabel perhitungan validitas.
4). Mengkorelasikan tiap butir soal dengan skor total dengan menggunakan rumus product moment.
Rumus produk momen, yaitu :
 
  keterangan :
rxy = koefisien korelasi
X = skor tiap butir soal
Y = skor total benar tiap subyek
N = jumlah subyek (Arikunto 2002:146)
5). Mengkonsultasikan hasil tersebut ke dalam tabel kritik r product moment dengan kaidah keputusan yaitu r hitung > r table maka instrumen dikatakan valid dan layak digunakan dalam pengambilan data,  sebaliknya jika r hitung < r table maka instrumen dikatakan tidak valid dan tidak layak untuk pengambilan data (Arikunto, 1998:166).
b. Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, peneliti mengunakan rumus alpha sebagai berikut :
keterangan :
R11              = reliabilitas instrumen
K             = banyaknya butir pertanyaan
        = jumlah varians butir
            = varians total (Arikunto, 2006:196).
Setelah dilakukan uji reliabilitas hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel, dengan taraf signifikansi 5%. Jika r hasil perhitungan > dari r tabel maka dapat dikatakan reliabel. Namun jika r hasil perhitungan < dari r tabel maka pertanyaan dikatakan tidak reliabel.







6.    Metode analisis data
a.    Analisis deskriptif presentase
Analisis deskriptif presentase digunakan untuk mengukur variabel peranan istri yang bekerja sebagai  buruh pemetik teh dan pola pengasuhan anak ditentukan dengan perhitungan indeks presentase. Perhitungan indeks presentase dihitung dengan rumus :
keterangan :
%         = nilai presentase
n          = jumlah nilai yang diperoleh
N         = jumlah seluruh nilai atau nilai total (skor ideal)
b.    Uji Normalitas
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini teknik analisis deskriptif presentase. Tetapi sebelum menganalisis data digunakan uji normalitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel telah terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas ini dilaksanakan dengan menggunakan rumus chi kuadrat sebagai berikut :
Keterangan :
X2           = chi kuadrat
Oi        = frekuensi pengamatan
Ei         = frekuensi yang diharapkan (Sudjana, 1996:273).


c.    Analisis regresi linier sederhana
Analsis regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis data penelitian tentang pengaruh tingkat peranan stri bekerja dua sektor publik terhadap pola pengasuhan anak. Bentuk persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut :
Y = a + b X
keterangan :
Y = Variabel kriterium
a  = bilangan konsten
b  = koefisien arah regresi linier
X  = Variabel prediktor
dengan :
             b =





H.  INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai upaya penyelesaian tugas akhir perkuliahan khusunya pada Prodi Sosiologi dan Antropologi jenjang strata atau (S1), saya bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul  “Pengaruh Peran Istri yang Bekerja sebagai Buruh Pemetik Teh Terhadap Pola Pengasuhan Anak”. Hal ini dilakukan untuk mengetahui beberapa hal diantaranya :
1.    Untuk mengetahui alasan istri memilih untuk bekerja sebagai buruh pemetik teh.
2.    Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara peranan istri yang bekerja sebagai buurh pemetik teh terhadap pola pengasuhan anak.
Dalam hal ini saya mengharapkan kesedian anda untuk bekerjasama dengan cara memberikan informasi sejujurnya sesuai dengan tingkat pengalaman anda. Pengisian angket ini tidak ada atau tidak berpengaruh dengan penilaian kepribadian anda.  Atas ketersedian anda, saya ucapkan banyak terima kasih.

PETUNJUK
1.    untuk  menjawab pertanyaan cukup memberi tanda “X” (silang) pada huruf  a, b, c atau d.
2.    Bila pilihan pertama anda keliru, lingkarilah tanda huruf yang anda silang tadi, kemudian membuat tanda silang lain sesuai dengan jawaban anda.
3.    Setelah dikerjakan, kuesioner ini dimohon dengan hormat segera diserahkan kembali kepada peneliti.

A.    Pertanyaan untuk Ibu/Istri yang bekerja sebagai buruh pemetik teh
1.      Pada pukul berapa  ibu berangkat ke perkebunan ?
a.       05.00 WIB                              c.  07.00 WIB
b.      06.00 WIB                              d.  09.00 WIB
2.      Pada pukul berapa ibu pulang bekerja ?
a.       12.00 wib                                c.  15.00 wib
b.      13.00 wib                                d.  17.00 wib
3.      Apakah anak anda senang atau mendukung pekerjaan anda ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    Sering
4.      Apakah anak pernah mengeluh pada pekerjaan anda ?
a.       Ya                                           c.   jarang
b.      Tidak                                       d.   sering
5.      Apakah dengan anda bekerja berpengaruh terhadap prestasi anak ?
a.    Ya                                            c. Tidak tahu
b.    Tidak                                       d. Mungkin
6.      Apakah dengan anda bekerja anak merasa kurang diperhatikan ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.   Sering
7.      Apkah anda sering meluangakan waktu untuk berdialog dengan anak ?
a.       Ya                                           c.    jarang
b.      Tidak                                       d.   Sering
8.      Apakah anda membuat kesepakatan-kesepakatan khusus dengan anak di rumah ?
a.       Ya                                           c.   jarang
b.      Tidak                                       d.   sering
9.      Apakah anda pernah mengajak anak pada waktu memetik teh ?
a.       Ya                                           c.   jarang
b.      Tidak                                       d.   sering
10.  Apakah penghasilan anda sebagai buruh pemetik teh cukup membantu keuangan keluarga ?
a.       Ya                                           c.   jarang
b.      Tidak                                       d.   Sering
B.     Pertanyaan untuk pola pengasuhan anak dalam keluarga
1.      Berapaka jumlah anak dalam keluarga anda ?
c.    Satu                                         c.  Tiga
d.   Dua                                          d.  Empat
2.      Bagaimanakah hubungan anda dengan anak?
a.       Dekat                                      c.   Biasa saja
b.      Tidak dekat                             d.   Sangat dekat
3.      Apakah anda sering mengontrol kegiatan anak ?
a.       Ya                                           c.   jarang
b.      Tidak                                       d.   Sering
4.      Apakah anda selalu memberikan sanksi kepada anak apabila melakukan kesalahan ?
a.       Ya                                           c.    jarang
b.      Tidak                                       d.    sering
5.      Apakah anda selalu memberikan reward (hadiah) jika anak mendapatkan prestasi ?
a.       Ya                                           c.   Jarang
b.      Tidak                                       d.   sering
6.      Apakah anda menggunakan jasa orang lain untuk menggantikan anda dalam mengasuh anak ?
a.       Ya                                           c.   Jarang
b.      Tidak                                       d.   Sering
7.      Apakah anda  merasa kesulitan dalam mendidik anak ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    Sering
8.      Apakah anda membebaskan pergaulan anak dalam bermain ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    Sering
9.      Apakah anda selalu memenuhi permintaan anak ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    Sering
10.  Apakah anda selalu menemani anak pada waktu belajar ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    Sering                                          
11.  Apakah anda membuat peraturan-peraturan  tertulis untuk anak di rumah ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    Sering
12.  Apakah anda sering berdiskusi tentang hal apa saja dengan anak ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    Sering
13.  Apakah anda sering memberikan nasehat kepada anak ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    Sering
14.  Apakah anak selalu mau mendengarkan nasehat yang anda berikan ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    sering
15.  Apakah anda selalu menanamkan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat kepada anak ?
a.       Ya                                           c.    Jarang
b.      Tidak                                       d.    Sering




I.    DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

__________________ . 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pebdekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Astuti, Tri Marahaeni P. 2008. Konstruksi Gender dalam Realitas Sosial. Semarang : UNNES Press.

Dagun, Save. M. 2002. Psikologi Keluarga (pesan ayah dalam keluarga). Jakarta : Rineka Cipta.

Gerungan, W. A. 2009. Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.

Hurlock, Elizabeth B. 1976. Perkembangan Anak jilid 6 edisi pertama. Jakarta : Erlangga.

Ihromi, T. O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Indriani, Kurnia P. 2010. Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Nelayan Pandhiga (Studi Kasus tentang Peran Orangtua dalam Mengasuh Anak di Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati). Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Khairudin. 2002. Soiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty.

Ristiana, Eva. 2006. Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Buruh Wanita (Studi Kasus Desa Klaling Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus). Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Sajogyo, Pudjiwati. 1980. Peran Wanita Dalam Masyarakat Desa. Cetakan II. Jakarta : Rajawali.

Singarimbun, M. Dan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES.

Soekanto, Soerjono. 1969. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta : UI Press.

Soeperwoto, dkk. 2006. Psikologi Perkembangan. Semarang : UNNES Press.  

1 komentar: