Kamis, 01 Desember 2011

MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA

             Masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, dikutip oleh Sadikin, 2001:6)
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Menurt Nasikun (1993:28), struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik, yaitu :
1.      Secara horisontal, ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedan-perbedaan kedaerahan (perbedaan Fisik atau ras, perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, dan perbedaan jenis kelamin) .
2.      Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbadaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Dengan kata lain perbedaan individu atau kelompok secara hirakhis dalam kelas-kelas yang berbda tingkatan dalam suatu sistem sosial.

Perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat dan kedaerahan dalam struktur horisontal sering disebut sebagi ciri masyarakat majemuk (Nasikun, 1998:28).
Sedangkan menurut Berghe, ciri-ciri masyarakat majemuk adalah sebagai berikut:
1.      Ketiadaan konsensus nilai-nilai.
2.      Beranekaragam kebudayaan.
3.      Terjadi konflik diantara kelompok yang berlainan.
4.      Otonomi atau kebebasan diantara bagian-bagian dalam sistem sosial.
5.      Diperlukan paksaan dan saling ketergantungan dalam ekonomi sebagai dasar integrasia sosial.
6.      Terjadi dominasi politik oleh golongan-golongan tertentu.
7.      Relasi antar kelompok lebih merupakan secondary segmental  dan Utilitarian, sedangkan relasi dalam kelompoknya lebih merupakan primary.

Ø  Faktor penyebab timbulnya masyarakat multikultural
1.      Latar belakang historis
2.      Kondisi geografis
3.      Keterbukaan terhadap kebudayaan luar.

Ø  Masalah yang timbul akibat adanya masyarakat multikultural
1.      Konflik
Konflik terjadi apabila unsur-unsur yang berbeda tidak dapat menyesuaikan diri satu dengan yang lain, dan bila golongan-golongan atau unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat tidak berhasil mencapai kesepakatan mengenai nilai-nilai sosial yang bersifat dasar dan tidak bisa mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga tidak tercapai keselarasan antara satu golongan dengan golongan lainnya.

2.      Integrasi
Adalah suatu proses mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat sebagai suatu sistem.
3.      Disintegrasi
Proses terpecahnya suatu kesatuan menjadi bagan-bagian kecil yang tercerai berai. Disintegrasi pada prosesnya selalu diawali oleh keadaan yang disebut disorganisasi (proses berkurangnya pengaruh kekuatan norma-norma terhadap warga masyarakat).
4.      Reintegrasi
Atau “reorganisasi” yaitu suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.

Ø  Alternatif pemecahan masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat multikultural
1.      Asimilasi
Proses di mana seseorang meninggalkan tradisi budaya mereka sendiri untuk menjadi dari bagian dari budaya yang berbeda. Dengan demikian kelompok etnis yang berbeda secara bertahap dapat mengadopsi budaya dan nilai-nilai yang ada dalam kelompok besar, sehingga setelah beberapa generasi akan menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
2.       Integrasi
Merupakan keadaan ketika kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap konformistis, terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, tetapi dengan tetap mempertahankan kebudayaan mereka sendiri.
3.       Self Regregation
Suatu kelompok etnis mengasingkan diri dari kebudayaan mayoritas, sehingga interaksi antar kelompok sedikit sekali, atau tidak terjadi. Sehingga potensi konflik menjadi kecil.

4.      Pluralisme
Suatu masyarakat di mana kelompok-kelompok sub ordinat tidak harus mengorbankan gaya hidup dan tradisi mereka, bahkan kebudayaan kelompok-kelompok tersebut memiliki pengaruh terhadap kebudayaan masyarakat secara keseluruhan.
5.      Sikap Kritis, Toleransi, Dan Empati Sosial
Terhadap Hubungan Keanekaragaman Dan Perubahan Budaya
dalam menghadapi hubungan keanekaragaman dan perubahan kebudayaan di masyarakat, dibutuhkan sikap yang kritis, disertai toleransi dan empati sosial terhadap perbedaan-perbedaan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar