Jumat, 30 Desember 2011

DINAMIKA KEBUDAYAAN

A.   PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Secara naluriah, manusia selalu didorong untuk memelihara kelangsungan hidup, memiliki rasa ingin tahu, keinginan untuk hidup secara lebih baik, dan sebagainya. Oleh karena itu manusia menggunakan kemampuan akalnya untuk membudayakan diri dan memanfaatkan ligkungan sekitarnya.
Koentjaraningrat  mengatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh tindakan manusia merupakan kebudayaan karena memang sangat sedikit dari tindakan manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang tidak diperoleh melalui belajar. Beberapa tindakan manusia yang diperoleh dengan tanpa melalui belajar di antaranya adalah beberapa tindakan yang bersifat naluri atau refleks,       beberapa tindakan akibat proses fisioplogi, atau beberapa    tindakan yang dilakukan dalam keadaan kalap (membabi buta).
Ditinjau dari segi peristilahan, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yakni buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal. Mengacu pada istilah ini, maka kebudayaan dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Namun demikian, ada juga ahli lain yang menganalisis bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi. Atas dasar pemikiran ini, maka antara budaya dengan kebudayaan mengandung pengertian yang berbeda. Budaya merupakan daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa, dan karsa. Dengan kemampuan akalnya manusia dapat memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam untuk   melangsungkan kehidupannya.
Cipta merupakan bagian dari jiwa manusia yang bersifat abstrak yang merupakan pusat dari intelegensi manusia. Cipta inilah yang akan menghasilkan aneka macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Rasa merupakan bagian jiwa manusia yang bersifat abstrak yang merupakan pusat dari segala macam pertimbangan keras-lemah, baik-buruk, indah-tidak indah, dan lain sebagainya. Rasa inilah yang akan menghasilkan aneka macam sistem nilai, sistem norma, estetika, untuk selanjutnya berkembang menjadi adat istiadat.
Sedangkan karsa merupakan bagian jiwa yang bersifat abstrak yang merupakan pusat dari segala macam kehendak dan nafsu. Kehendak sangat berfariasi dan jumlahnya sangat banyak. Semakin tinggi tingkat peradaban manusia, biasanya juga akan semakin tinggi pula kehendak yang dimilikinya. Sementara, pada masyarakat yang masih terbelakang, biasanya tidak memiliki kehendak yang bermacam-macam.
Perlu dibedakan antara pengertian kebudayaan dengan pengertian peradaban. Peradaban yang dalam istilah Inggrisnya adalah civilization biasanya dipakai untuk menyebut bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah, seperti kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istilah peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan lain sebagainya.

B.   UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan terdiri dari tiga wujud, yaitu: (1) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompkleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud yang pertama disebut juga dengan kebudayaan ideal karena merupakan wujud yang bersifat abstrak karena terdapat di dalam kepala atau di dalam pikiran manusia, tidak dapat diraba maupun dilukis. Namun demikian, isi pikiran manusia tersebut dapat dituangkan dalam bentuk karangan-karangan atau buku-buku hasil karya yang dapat disimpan di perpustakaan, disk, koleksi microfilm, dan sebagainya.
Alam pikiran manusia merupakan suatu sistem yang saling berkaitan satu sama lain yang dikenal dengan istilah sistem budaya atau cultural system. Istilah yang tepat dalam bahasa Indonesianya adalah adat atau adat-istiadat. Wujud yang kedua dikenal juga dengan istilah sistem sosial atau social system. Sistem sosial merupakan suatu tindakan berpola dari manusia itu sendiri yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia dalam berinteraksi dan bergaul satu sama lain yang berlangsung dari waktu ke waktu. Sistem sosial ini bersifat nyata sehingga dapat diamati dan dapat didokumentasikan.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut juga dengan kebudayaan    fisik (artifacts), yakni seluruh hasil aktivitas, hasil perbuatan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, wujud ketiga ini merupakan wujud yang paling nyata yang dapat diamati dan dapat diraba.
Dalam kehidupan bermasyarakat, ketiga wujud kebudayaan tersebut tidak dapat dipisah pisahkan satu sama lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan sekaligus member pedoman terhadap segala tindakan dan karya manusia. Selanjutnya, gagasan-gagasan, tindakan-tindakan, dan karya manusia akan menghasilkan benda-benda yang merupakan bentuk fisik           dari kebudayaan         itu sendiri.     
Sebaliknya, kebudayaan         fisik yang telah dihasilkan akan membentuk lingkungan hidup tersendiri yang akan mempengaruhi pola-pola berpikir dan pola-pola perilaku bagi masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.

C.   SUBSTANSI KEBUDAYAAN
1.      Macam-Macam Substansi Kebudayaan
Secara umum setiap sistem budaya memiliki substansi yang di antaranya berupa pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos ekerja. Beberapa unsur kebudayaan tersebut sangat berpengaruh bagi terbentuknya kepribadian.
a.    Pengetahuan
Pengetahuan dapat dikatakan sebagai dugaan-dugaan (hipotesa) yang telah teruji kebenarannya, baik melalui teori-teori tertentu maupun melalui pengalaman langsung dalam kehidupan nyata. Misalnya: air akan mendidih pada suhu 100 derajat Celsius, angin bertiup dari tekanan udara yang tinggi menuju tekanan udara yang rendah, pada musim penghujan berbagai macam tanaman akan tumbuh dengan subur, rajin pangkal pandai   hemat pangkal kaya, dan lain sebagainya. Manusia sangat memerlukan pengetahuan dalam   melangsungkan kehidupannya.
b.    Nilai
Nilai merupakan segala sesuatu yang dianggap berharga, dianggap baik, dan   dianggap benar yang telah diterima dan disepakati bersama dalam kehidupan masyarakat. selanjutnya, nilai tersebut dijadikan pedoman oleh setiap warga masyarakat dalam melaksanakan    kegiatan hidup sehari-hari.
Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai menjadi tiga bagian, yaitu:
1)        Nilai Material
Nilai material merupakan nilai yang terkandung dalam suatu benda karena memiliki
kegunaan sebagai bahan pembuatan barang tertentu, seperti pasir, batu, tembaga, emas   batu bara, dan sebagainya.
2)        Nilai Vital
Nilai vital adalah nilai yang terkandung di dalam suatu benda sebagai akibat dari kegu-
naan atau fungsi yang ditimbulkan dari benda yang bersangkutan. Misalnya: gergaji memiliki nilai untuk memotong kayu, kapak memiliki nilai untuk membelah kayu, kendaraan
memiliki nilai sebagai alat transportasi, kalkulator memiliki nilai sebagai mesin hitung, dan sebagainya.
3)        Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang terkandung di dalam jiwa manusia. Nilai spiritual ini
bersifat abstrak yang meliputi nilai religius,  nilaiestetika, dan nilai moral. Nilai religious merupakan nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam suatu ajaran agama atau kepercayaan tertentu. Nilai estetika merupakan nilai keindahan yang terdapat dalam suatu benda. Sedangkan nilai moral merupakan nilai mengenai baik buruknya perilaku manusia.
c.    Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan suatu prinsip yang dianut oleh seseorang atau sekelompok orang. Pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman hidup yang dimiliki. Sifat dari suatu pandangan hidup sangat abstrak karena hanya terdapat di dalam jiwa manusia. Namun demikian, pandangan hidup tersebut sangat berpengaruh terhadap persepsi, sikap,  dan perilaku seseorang. Pada masyarakat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup bangsa, artinya Pancasila telah tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indonesia sehingga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
d.    Kepercayaan
Kepercayaan merupakan pandangan hidup yang telah menyatu dan mendarah daging pada diri manusia, baik secara individual maupun secara kolektif, sehingga menjadi dasar dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Dikaitkan dengan kehidupan keagamaan, kepercayaan diimplementasikan dalam bentuk iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha esa. 64 Sosiologi SMA dan MA Kelas XI IPS Dalam konteks seperti ini, kepercayaan akan berkembang secara sistematis dengan para pengikut yang fanatis.
e.    Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu hal. Antara orang yang  satu dengan orang yang lain tidak selalu memiliki persepsi yang sama terhadap suatu hal. Hal ini disebabkan karena adanya perb edaan sudut pandang yang dimiliki oleh masing-masing orang. Biasanya persepsi akan tampak dalam bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh  seseorang.
f.     Etos Kerja
Penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seperti di atas menunjukkan adanya etos kerja yang tinggi  etos kerja merupakan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh seseorang dalam hubungan- nya dengan semangat kerja. etos kerja seseorang dipengaruhi dua faktor, yaitu:
a). factor lingkungan budaya, dan
b). faktor potensi individual.
2.      Perubahan masyarakat dan Kebudayaan
Kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat bersifat universal, artinya masyarakat pada tingkatan apapun pasti memiliki struktur budaya tertentu sebagai hasil pergaulan hidup dan sekaligus sebagai hasil dari proses pembelajaran. Struktur budaya yang telah dimiliki tersebut akan dilaksanakan, dipertahankan, dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Makin rasional pola pemikiran yang dimiliki oleh masyarakat, maka kebudayaannya pun akan berkembang sesuai dengan pola pikir yang rasional sehingga jumlah dan jenis kebudayaan akan    semakin banyak, semakin lengkap, semakin efisien,dan semakin            efektif.
Namun demikian, pada dasarnya setiap budaya memiliki sifat-sifat yang relatif sama, yakni:
a.    Dimiliki bersama oleh suatu kelompok masyarakat,
b.    Budaya cenderung bertahan dan berubah sesuai dengan situasi yang dialami oleh masyarakat yang bersangkutan,
c.    budaya berfungsi membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup (kebutuhan biologis,kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikologis) sebagai hasil adaptasi dan upaya manusia dalam memanfaatkan dan mengolah lingkungan, dan
d.    budaya diperoleh melalui proses belajar dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Seperti yang disebutkan di atas bahwa salah satu sifat kebudayaan adalah senantiasa berubah, baik struktur sosial maupun struktur budayanya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya perubahan suatu kebudayaan adalah sebagai berikut:
a.    Kondisi lingkungan alam
Lingkungan alam meliputi iklim, kondisi tanah, kondisi flora dan fauna, letak geografis dan sebagainya. Makin potensial dan makin strategis suatu lingkungan alam (sebagai permukiman) akan semakin mendukung terhadap terjadinya proses perubahan. Hal ini  dimungkinkan karena lingkungan alam yang potensial dan strategis akan menjadi jaminan bagi keberlanjutan kehidupan dan kreativitas masyarakat yang menempatinya.
b.     Kondisi sosiografis
Kondisi sosiografis  merupakan         suatu gambaran tentang penduduk yang meliputi jumlah dan kualitasnya. Makin besar jumlah penduduk dan makin tinggi kualitasnya akan mempercepat terjadinya proses perubahan pada masyarakat tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah penduduk dan semakin rendah kualitasnya akan berdampak pada lambatnya proses perubahan pada masyarakat tersebut.
c.    Kondisi hubungan antarmasyarakat
Perubahan kebudayaan juga bisa disebabkan oleh faktor frekuensi hubungan antar masyarakat. Semakin tinggi frekuensi hubungan antarmasyarakat akan mempercepat    terjadinya proses perubahan. Sebaliknya, semakin rendah frekuensi hubungan antar-  masyarakat akan membuat proses perubahan berjalan secara lamban.



1 komentar:

  1. Day 18

    Wah keren sekali tulisannya, aku suka. Kamu hobi baca buku? Butuh rekomendasi novel menarik.

    Baca dulu ulasan dari MantuIdaman Blog berikut

    - Alias Harga Untuk Sebuah Kematian
    - Antologi Fiksi Suker
    - Kau Begitu Sempurna
    - Novel MR Innocent

    Salam hangat, dari
    Latifah

    BalasHapus